Pendahuluan
Etika Kristen adalah
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sebagai umat Kristen
dalam berperilaku dalam dunia ini. Etika
adalah ilmu tentang asas atau dasar-dasar moralitas dan ahlak hidup manusia,
sedangkan secara teologis Etika Kristen tentunya berbicara tentang hubungan
dengan Tuhan. Berbicara sedikit lebih jauh tentang etika Kristen tentunya tidak
hanya sekedar berbicara mengenai atau menyangkut adat, lingkungan atau
kebudayaan, melainkan juga menyangkut kebenaran yang hakiki tentang nilai-nilai
moralitas Kristiani. Apa yang mau kami katakana ialah, dalam segala aspek,
sikap hidup Kristen memiliki konsep etika dalam menjalankan hidupnya ditengah
dunia ini sebagai manifestasi Kerajaan Allah. Demikianlah
ketika kita membicarakan tentang bisnis dalam pandangan etika Kristen, berarti
prinsip-prinsip Alkitabiah harus diterapkan di dalam menjalankan bisnis
tersebut. Namun, seringkali orang akan menemukan pertentangan-pertentangan
ketika ia akan menerapkan firman Tuhan dalam bisnisnya. Karena tujuan dari pada
bisnis adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dan dalam usaha untuk
mendapatkan keuntungan terbesar, maka muncullah berbagai macam motif dan metode
yang berbeda-beda.
1.
Etika Kristen dan Ekonomi ( Bisnis)
Berbicara
tentang etika Kristen yang dikaitkan dengan dunia ekonomi, teori-teori ekonomi
seperti yang dikemukakan kelompok sebelumnya maka pada tulisan kami ini kita
tentunya berusaha untuk menjelaskan dan mencari serta menemukan
kebenaran-kebenaran Ilahi yang terkait dengan ekonomi, bisnis, serta perilaku
didalamnya. Kepantasan dan ketidakpantasan dalam berbisnis serta sebagai pelaku
ekonomi tentu merupakan sebuah unsur yang harus ditemukan didalam etika Kristen
tentang Ekonomi.
a.
Etika
Kristen
Myron
Ruth dalam bukunya “Lord of The Market Place” berbicara tentang Tuhan sebagai
Businessmen” Tuhan Bernicara tentang penanaman biji dan penuaian ( Kej. 8 :22
). Tuhan juga berbicara tentang penggajian ( Yak. 5:4) dan lain-lainnya.
Pada mulanya Tuhan juga telah memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk
mengolah dunia ini, yang tentunya itu juga merupakan praktik ekonomi (bdk. Kej.
1 :28 ). Dengan pemaparan tersebut bisa kita tarik sebuah kesimpulan bahwa,
apapun yang kita lakukan atau kerjakan didalam dunia ini—termasuk ekonomi atau
bisnis harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Semua harus kita arahkan
bagi kesejahteraan manusia, yang merefleksikan gambar Allah. Rasul Paulus
menegaskan bahwa apapun yang dikerjakan harus dilakukan seperti untuk Tuhan (
Kol 3 : 23 ). Pola hidup yang dikehendaki adalah suatu kehidupan yang tidak
mementingkan diri sendiri. Sebab itu sikap hidup yang egoistis adalah
pertentangan terhadap karakteristik etika Kristen.
b.
Ekonomi
(Bisnis)
Dalam
tindakan ekonomi yang dalam salah satu prakteknya adalah kegiatan bisnis
umumnya dan pada dasarnya mencakup kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi
suatu barang dan jasa. Sebab itu seorang pelaku ekonomi-dalam hal ini adalah
bisnis pasti masuk dalam pertanyaan jenis apa bisnis yang dijalankan.
Dalam hal itu seorang pelaku ekonomi sudah diperhadapkan pada suatu keputusan
yang memiliki nilai etis. Seorang Kristen menghadapi alternative yang demikian
harus dibimbing oleh kebenaran Ilahi, disinIah etika Kristen itu terlihat.
Ketika seorang pelaku ekonomi atau bisnis bertanya manakah pilihan yang dapat
mengantarkan manusia pada kebaikan. Dengan demikian berarti dapat dilihat bahwa
Ekonomi dalam praktiknya tidak berjalan semakin mudah dan mulus, akan banyak
situasi yang akan dihadapi. Dengan melihat semua itu maka tercetuslah
teori-teori ekonomi dari beberapa tokoh Kristen yang tentunya mereka ungkapkan
dengan melihat nilai-nilai Etika Kristen itu sendiri. Berikut adalah paparan mengenai Teeori-teori
Ekonomi dalam persfektif serta hubungannya dengan iman Kristen.
A. Teori-Teori Hubungan Ekonomi dan
Agama Dalam Persfektif Iman Kristen Menurut Tokoh-Tohoh
1.
Eka
Darmaputera
Dalam
pemikirannya Eka Darmaputera berangkat dari kesaksian Alkitab bahwa Allah
mempercayakan keutuhan ciptaan kepada manusia, atau ia sebut menatalayani alam
ciptaan (Kej. 1:28). Ia menegaskan bahwa dari sinilah Israel selalu merasa dan
memahami diri mereka sebagai petugas, pekerja dan bukan pemilik atau penguasa.
Itulah sebabnya mereka di negeri mereka sendiripun mereka merasa sebagai orang
asing dan pengembara, ini bukan berarti mengurangi tanggung jawab mereka, namun
karena percaya pada akhirnya negeri mereka adalah milik Allah dan bukan milik
mereka ( Im 25 : 23). Jadi apapun yang mereka lakukan mereka harus
mempertanggung jawabkannya kepada Allah. Dengan kesadaran bahwa semuanya milik
Allah, dan kita harus menyisihkan kembali kepada Allah setiap hasil
“oikosnomos” yang kita lakukan, maka Eka Darmaputera berangkat dari beberapa
pemikirannya diatas mengemukakan pendapatnya tentang ekonomi, yakni :
Ø Pembangunan Ekonomi Bukanlah Tujuan
Akhir Dari Dirinya, melainkan untuk mencapai tujuan yang lain diluar dirinya.
Pengakuan bahwa Allah sajalah pencipta,
pemilik dan pemerintah segala sesuatu, brarti tak ada satu sektorpun dari
manusia yang terlepas dari Allah dan mempunyai otonomi yang bebas terhadap
dirinya sendiri. Pernyataan ini menolak klaim bahwa ekonomi/bisnis adalah sektor
kehidupan manusiawi yang seluruhnya merupakan tujuan akhir pada dirinya dan
hanya dikuasai oleh mekanisme-mekanisme dan hukumnya sendiri. Dalam hal ini
ekonomi dan bisnis merupakan suatu sektor yang sah didalam kehidupan, yang
keterkaitannya dengan sektor-sektor kehidupan lainnya dimaksudkan untuk
melayani dan mewujudkan kehendak serta rencana penciptaan yang dilakukan Allah.
Apa yang menjadi kehendak Allah itu ? ialah kemuliaan Allah dan kesejahteraan
seluruh ciptaan. Dengan begitu maka tingkah laku dan kegiatan ekonomi harus
diarahkan dan ditujukan pada tujuan yang lebih luas dan agung itu yakni
kemuliaan Allah dan kesejahtreraan setiap ciptaan.
Ø Pembangunan Ekonomi tidak berdiri
sendiri
Pembangunan Ekonomi dalam kehidupan
manusia tidak berdiri sendiri, melainkan salah satu komponen dari bagian yang
menyeluruh. Ia tidak kurang penting, tetapi tidak lebih penting dari
pembangunan sektor-sektor kehidupan manusia lainnya. Secara teologis kita harus katakana bahwa
kehidupan itu utuh. Ia memang bisa terpilah-pilah namun tidak mungkin
terpisah-pisah. Yang harus dikatakan ialah, Allah menciptakan manusia sebagai
mahluk yang terhormat dan mengasihinya. Penderitaan tidak termasuk dalam Tata
Penciptaan. Namun ketika penderitaan muncul sebagai akibat dari dosa, kasih
Allah dinyatakan melalui solidaritas : Allah menghadirkan diri sebagai hamba
yang menderita, untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari belenggu
penderitaan itu serta mengundang manusia sebagai mitra guna mendatangkan
kerajaan Shalom bagi seluruh ciptaan. Implikasi praktis dari keyakinan teologis
seperti itu ialah bahwa, ekonomi adalah komponben yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Tujuan ekonomi yang khas yakni kesejahteraan serta
keuntungan material tidak membuat ekonomi menjadi kurang luhur. Sebab yang
materialpun adalah ciptaan Allah yang baik.
Kerajaan Shalom yang dijanjikan juga tidak bersifat
sfiritual semata-mata.sebab shalom berarti kehidupan yang utuh dan lengkap :
sfiritual dan material. Membangun tanda-tanda shalom juga menyangkut
pembangunan ekonomi dalam kehidupan. Namun kembali di ingatkan bahwa, ekonomi
tidaklah satu-satunya dan bukanlahlah segala-galanya, ia dalah satu bagioan
dari kehidupan manusia yang utuh itu. ia tidak kurang penting dari yang
lainnya.
Demikian pemikiran Eka Darmaputera tentang ekonomi secara
teologis dan dihubungkannya dengan nilai-nilai sosial kehidupan manusia.
Ekonomi penting bahkan sangat penting, namun bukanlah satu-satunya dan
segala-galanya didalam kehidupan manusia karena ekonomi merupakan salah satu
dari komponen-komponen manusia yang utuh.
2.
Arya
Wicaksana Darmaputera
Ø Fith & Trust : Pertemuan
Ekonomi Dan Agama
Dalam
pemikirannya ia lebih dahulu memulai kepada pertemuan antara Ekonomi dan Agama.
Pada permulaan teorinya tentang ekonomi, Arya melihat bahwa ekonomi dan agama
semuanyua didasari kepercayaan. Menurutnya, Agama adalah institusi manusiawi yang
terinspirasi oleh iman. Iman dan kepercayaan menjadi agama, ketika iman dan
kepercayaan distrukturkan, dibahasakan dan dibuat dogmatikanya.
Pasar adalah institusi manusiawi yang didasarkan pada kepercayaan (trust). Tanpa kepercayaan tidak ada
sistem ekonomi. Agama bisa berkembang besar, hebat dan cemerlang. Demikian juga
ekonomi.
Ø Iman Kristen dan Pembangunan
Ekonomi
Menurut
Arya, pembangunan ekonomi ialah seperti kisah lima roti dan dua ikan. Dengan
sumber daya yang terbatas, masyarakat mempercayakan pengelolaannya kepada
pemimpin yang dipercaya dan cakap. Dan jadilah hasil yang berlipat ganda,
sehingga membawa kemakmuran bagi semua. Tetapi proses pembangunan ekonomi tidak
semudah itu. Masyarakat dan institusi-institusi manusiawi membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menciptakan kemakmuran dari kemiskinan dan kekurangan. Seorang
yang profesional, cakap, bijaksana dan dihargai adalah kriteria orang yang
mampu untuk memberikan kemajuan ekonomi. Dalam hal ini kedekatan Yesus Kristus
dengan kaum-kaum yang lemah dan tersisih telah menimbulkan kedekatan. Saling
membantu dalam sistem sosial (seperti cerita Zakeus ketika bertobat) meninimbulkan
efek positif membangun kepercayaan yang tentunya berlipat ganda efeknya dalam
membangun suatu ekonomi. Iman Kristen seperti yang dinarasikan diatas mendorong
para pemimpin untuk mengikuti teladan Kristus, karena kepemimpinan dengan gaya
seperti itu membuahkan kepercayaan dan kebersamaan didalam masyarakat yang
dipimpinnya, ini adalah landasan kondusif bagi pembangunan ekonomi. Bagi yang
menjadi rakyat, juga ditunjukkan oleh Tuhan Yesus melalui ucapanNya :”Berikan
kepada Kaisar, apa yang yajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa
yang wajib kamu berikan Allah” ( Mat 22 : 21). Sikap yang patuh pada pemimpin,
tetapi tidak menurut saja kepada kekeliruan-kekeliruan yang ada.
Pelajaran
yang diberikan oleh Arya berpuncak pada pernyataannya dibagian akhir teorinya,
yaitu bahwa : pelajaran agama maupun sejarah telah membuktikan bahwa apa yang
akan dituai, itu adalah hal yang telah ditabur. Bila yang ditabur adalah rasa
ketidakpercayaan, cemburu serta rasa benci, itulah yang akan didapatkan kemudian.
Demikian dalam pembangunan ekonomi, bila yang ditabur adalah tipuan, korupsi,
kolusi, arogansi serta egoism maka sistem pembangunan ekonomi itu sendiri akan
kacau. Itu disebabkan oleh kepercayaan (trust)
yang menjadi kekuatan fundamental sistem ekonomi itu akan menjadi rapuh.
Pelajaran dan keteladana terhadap Kristus akan menjadi kekuatan untuk bisa
membangun sistem ekonomi yang tinggi.
Ada
dua hal yang menjadi pandangan utama Yakub tentang Etika iman Kristen dalam
hubungannya dengan etika ekonomi atau bisnis berikut adalah pemaparannya yang
muncul ketika terjadi krisis moneter di Indonesia pada masa Orde Baru, dimana
ketika itu muncul sebuah pertanyaan yang cukup krusial yakni “Apakah Iman
Kristen mempunyai sesuatu yang dapat disumbangkan sebagai sarana penyelesaian
kemelut moneter dan ekonomi di Indonesia”? Untuk itu Yakub membahasnya dalam
dua tahapan yakni :
Ø Memahami dan Menghayati
Prinsip-prinsip Utama Etika Iman Kristen
Prinsip
umum Etika memang adalah buatan manusia dan lahir dari kesadaran hati nurani
manusia yang secara ontologis memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang
lainnya. Dengan berkembangnya sejarah kehidupan bermasyarakat, prinsip-prinsip
umum etika ini telah berkembang yang semakin lama semakin lengkap dan hamper
menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Sehingga kemudian ada banyak
etika-etika yang muncul termasuk didalamnya ada etika ekonomi-bisnis juga
muncul disansa. Dalam hal inilah muncul pertanyaan, apakah prinsip-prinsip umum
dalam etika bisnis cukup sesuai dengan kebutuhan sekarang ini ? Bagi Yakub,
sebagai seorang yang mengimani keunikan dan kelebihan iman Kristen, pertanyaan
tersebut akan dijawab dengan tegas ‘Tidak’! mengapa ?
a. Iman
Kristen percaya bahwa pada prinsipnya etika bukan hanya masalah antara manusia
dengan sesamanya saja. Etika adalah manifestasi atau buah dari hubungan antara
orang percaya dengan Allahnya. Bagi iman Kristen, keselamatan dalam Kristus
adalah alasan mengapa seseorang beretika. Alkitab menegaskan bagaimanapun
baiknya yang menjadi buah natur manusia tidak mempunyai nilai-nilai kekekalan
pada dirinya sendiri ( 1 Kor 15 : 50). Jadi oleh karena itu Kristen harus
menjadi manifestasi pengalaman orang percaya dalam keselamatannya.
b. Iman
Kristen mengamini bahwa etika Kristen adalah manifestasi kehadiran Kerajaan
Allah dibumi. Etika Kristen bukan hadir untuk menjadi salah satu dari puluhan
jenis etika yang ditawarkan manusia. Etika Kristen bukanlah etika yang
berorientasi pada perbuatan baik yang orang Kristen dapat sumbangkan kepada
kehidupan umat manusia didunia ini. Etika Kristen hadir sebagai kehadiran
sejarah prima yang diciptakan Allah sendiri. Melalui dan didalam etika Kristen
tersebut Allah berkarya memperdamaikan seluruh ciptaan dengan diri-Nya sendiri.
Oleh karena itu tidak seharusnya etika Kristen lahir dari nafsu dan keinginan
orang-orang Kristen untuk membuktikan kelebihannya. Orang-orang Kristen
hanyalah alat yang dikuduskan ditangan Allah, dan etika Kristen adalah
manifestasi dari karya Allah itu melalui mereka.
Ø Hubungan Integratif Antara
Prinsip-Prinsip Utama Etika Kristen Dengan Ekonomi/Bisnis
Hidup
ditengah pluralisme agama dan masyarakat di Indonesia menempatkan umat Kristen
harus ikut terlibat dalam setiap bidang kehidupan, seolah-olah dunia menuntut
dan mempertanyakan peran kristiani dalam setiap aspek kehidupan bernegara ini
dan umat Kristen harus menjawabnya tentu saja menjawab pula pertanyaan yang
muncul diantaranya “ Apakah sumbangsih umat Kristen dalam etika ekonomi atau
bisnis ? untuk itu Yakub merekomendasikan beberapa prinsip Etika Kristen yang
bisa diterapkan dalam etika ekonomi dan bisnis, yang antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Sesuai
dengan kehendak Allah yang menyukai keteraturan ( 1 Kor. 14 :32-33)
Umat Krsten harus menciptakan komunikasi
dialogis dan keseimbangan antara kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah
dengan kebutuhan ekonomi rakyat. Dalam kondisi carut-marut serta maraknya KKN
pada masa Orde Baru menuntut peran etika bisnis umat Kristen untuk
memperlihatkan diri dalam konteks yang demikian.
b. Menciptakan
Budaya “Yusuf” dalam jiwa setiap anak Tuhan
n Yusuf
berada ditengah dunia tetapi tidak terkontaminasi oleh dunia. Yusuf tidak
pernah menjadi korban dari sistem meskipun ia dipaksa untuk menjadi seperti
itu. ia menjadi pencipta sistem yang baik setelah lolos dari sistem-sistem
buruk yang melanda dia sebelumnya. Dimana ia berada Yusuf selalu menjadi
berkat.
n Yusuf
adalah “man of self-content” yang
selalu merasa cukup dengan apa yang Tuhan berikan kepadanya. ia bukan budak
nafsu kedagingannya, ia juga bukan budak hak asasinya sendiri. Ia mampu
mengampuni bahkan memakai persfektif Ilahi untuk menafsirkan kejahatan
keluarga-keluarganya ( Kej. 42 :15, 43 :30). Hidupnya untuk mengabdi kepada sesama
manusia.
Budaya
“Yusuf” tersebut adalah budaya etika Kristen. Penggambaran diri yang selalu
menurut persfektif tentang Allah. Yusuf selalu membangun nilai-nilai keilahian
dalam tindakannya. Tidak pernah memakai kesempatan kedudukannya untuk
keluarganya sendiri. Dalam ekonomi, Yusuf juga mengaturnya berdasarkan
prinsip-prinsip keilahian, dan itu merepukan refleksi yang dapat diikuti
pelaku-pelaku bisnis masa kini. Kelaparan melanda seluruh kawasan peradaban
pada waktu itu. Suku-suku bangsa dari penjuru bumi datang ke Mesir—kepada Yusuf
untuk mencari bahan makanan. Yusuf tidak memberikan harga yang selangit
walaupun orang-orang sangat bergantung kepadanya. itulah etika bisnis Kristen
yang sesungguhnya.
Mungkin
banyak teori-teori Etika Ekonomi menurut persfektif Kristen yang belum dipaparkan
dalam tulisan ini, namun kami merasa beberapa tokoh dan teori-teori mereka bisa
untuk membantu kita memahami apa pandangan Kristen tentang ekonomi dan bisnis
itu sendiri.
B. Tinjauan Etis
Secara
umum etika berbicara tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, apa yang
boleh dan yang tidak boleh, apa yang normal diterima dimasyarakat dan yang
tidak normal. Etika sangat terkait dengan sistem nilai yang dianut dan hidup
dalam masyarakat, dan nilai yang lain seperti nilai-nilai dalam ajaran agama.
Etika ekonomi menurut persfektif etika iman Kristen yang dimunculkan dalam
teori-teori tokoh-tokoh diatas adalah bagian dari keinginan mereka untuk
mengatur tatanan ekonomi masyarakat, supaya bisa terbangun dalam kultus yang
Alkitabiah, memiliki bahkan berdasar atas nilai kei-Ilahian. Dan memperjuangkan
kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat didalamnya. Eka Darmaputera misalnya,
ia berangkat dari konsep Allah yang memandatkan penatalayanan keutuhan ciptaan
kepada manusia dimana teori ekonominya menekankan bahwa ekonomi bukan
segala-galanya sehingga melupakan yang lain, tetapi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia itu sendiri. Tetapi perlu kajian apakah tindakan ekonomi atau
bisnis yang kita lakukan itu akan mendatangkan shalom atau sebaliknya. Secara deontologis ini berdasar bahwa sudah
seharusnya manusia, dalam kehidupan termasuk sebagai pelaku ekonomi dan bisnis
harus meperhatikan kesejahteraan ciptaan yang lain. Tidak menguras maupun
mengekploitasi alam, tidak boleh menipu sesama manusia. Kesejahteraan semua
dengan membangun tanda-tanda shalom di dunia melalui ekonomi juga secara
tersirat memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Itu semua memiliki perlindungan
yang kuat secara hukum maupun secara Agama. Sebab dari sudut pandang iman
Kristen , keharusan untuk memperhatikan aspek-aspek HAM. Motivasi dan tujuan
dari teori ini sudah cukup jelas ingin memberikan penyadaran kepada pelaku
ekonomi agar kesejahteraan bersama adalah tujuan yang mesti dicapai. Munculnya
teori-teori ini sangat membantu kita semua untuk bisa belajar menjadi pelaku
ekonomi yang bersahabat dengan lingkungan ( alam dan mahluk hidup lainnya), dan
sesama manusia. Walaupun mungkin pada kehidupan masyarakat Indonesia yang
majemuk, teori-teori tersebut mengalami tantangan bahkan kesulitan dalam
penerapannya.
C. Refleksi Teologis
Ada kesamaan antara sikap dan ajaran
Yesus dengan prinsip-prinsip ekonomi yang telah diparkan diatasi. Bila Yesus
mengajarkan para pengikut-Nya untuk tidak kehilangan kesukaan hidup karena
harta (Luk. 6:24-25;18:24-25) dan mendorong hidup yang murah hati (Luk. 18:22),
itu disebabkan Yesus menerima ajaran Taurat tentang kepemilikan mutlak Allah
atas harta dan tanggung jawab penatalayanan manusia atas hartanya. Namun yang
luar biasa ialah Yesus menyatakan bahwa di dalam diri-Nya, yaitu hidup, ajaran
dan karya-karya-Nya seluruh maksud Allah dan segala kuasa di langit dan di bumi
bertumpu dan beroperasi, mewujudkan Ekonomi Allah dalam penciptaan suatu umat
baru. Umat Perjanjian Baru itu adalah bagian dari Kerajaan Allah, orang- orang
yang menikmati berlakunya pemerintahan Allah yang memerdekakan, yang membuat
mereka menikmati hidup seutuhnya sepenuhnya, mensyukuri setiap pemberian Allah
dalam sikap murah hati, menatalayan, dan karena itu tidak terikat melainkan
merdeka. Di dalam Yesus, Ekonomi Allah memungkinkan ekonomi manusia tidak
menjadi perhambaan materi, pemberhalaan hartabenda, perbudakan keserakahan,
melainkan merdeka penuh syukur, kesemarakan yang saling menumbuhkan dan yang
menyukakan hati Allah. Itulah kehidupan ekonomi yang berkualitas penuh harkat
sejati karena diporosi oleh Ekonomi Allah. Itulah Etika Ekonomi dalam
perspektif Etika Kristen. Sangat berbeda dengan teori ekonomi yang bermodal
sedikit mungkin namun menginginkan laba yang sebanyak-banyaknya. Itulah
ke-khas-an dari Etika Kristen. Ia berpusat dan selalu berdasar pada yang Ilahi.
Sumber Bacaan :
§ Sulaiman, F . Bergumul
Dalam Pengharapan. Jakarta : BPK. Gunung Mulia 1999.
§ Darmaputera, Eka. Pergulatan Kehadiran Kristen Di Indonesia. Jakarta
: BPK. Gunung Mulia 2005.
§ Parapak, Jonathan. Pembelajar & Pelayan. Jakarta : Institut
Dharma Mahardika 2002.
§ Makalah
Kelompok 1
Teori-Teori
Ekonomi Menurut Perspektif Etika Kristen
Dibuat
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pilihan
Minat Etika Ekonomi
Dosen
Pengampu : Pdt. Idrus Sasirais M.Th
Oleh Kelompok II :
Hendri
Lida Kristeni
Novita Kristia
|
|
Sekolah
Tinggi Teologi
Gereja
Kalimantan Evangelis Banjarmasin
April
2013